AddMe - Search Engine Optimization

Jumat, 28 September 2007

BERBURU HEWAN DI PULAU PAPUA

Papua, BERBURU adalah bagian dari profesi para kaum laki-laki Amungme di Desa Banti. Meski profesi ini hanya dilakoni sebagian kecil anggota masyarakat, setiap kaum laki-laki diwajibkan oleh tradisi untuk memiliki kemahiran berburu. Karena itu, para orang tua selalu mengajak anak-anak mereka yang masih kecil untuk berburu ke hutan.Saat berburu, mereka menggunakan panah dan alat perangkap untuk mendapatkan hewan buruan. Tombak jarang sekali digunakan berburu kecuali untuk mencari babi hutan. Kemahiran memanah sudah diajarkan oleh para orang tua kepada anak laki-lakinya sejak usia dini.Hewan yang mereka cari saat berburu adalah babi hutan (sudah sulit sekali ditemui), kuskus berbintik, kanguru pohon, ayam hutan, burung kasuari, kakaktua, mambruk, dan masih banyak lagi. Berbekal tombak dan panah, mereka bisa sehari-semalam berada di dalam hutan. Tidak lupa, ***** yang telah dilatih penciumannya juga akan dibawa serta dalam berburu. Hewan yang lebih mudah ditangkap adalah burung kasuari. Cukup dengan memasang jaring perangkap saat dalam perjalanan berburu, burung kasuari biasanya sudah ada di dalam perangkap saat perjalanan pulang ke rumah. Baik kasuari tua maupun muda, rasa dagingnya sama-sama lezat, apalagi bagian kakinya yang penuh dengan lemak. Ayam hutan menjadi hewan buruan yang tidak terlalu menarik bagi pemburu. Harap maklum, sebab ayam hutan biasanya bertubuh kurus, bahkan nyaris tidak berdaging meski rasanya lebih nikmat ketimbang ayam broiler. Namun, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya yakni saat melihat telurnya yang sangat besar. Namun hewan buruan yang menjadi kegemaran orang Amungme adalah kuskus pohon. Selain karena sulit dicari, rasanya yang enak membuat nilainya lebih mahal ketimbang babi hutan. Kanguru pohon bahkan lebih mahal lagi nilainya. Sulitnya berburu kuskus karena harus dilakukan pada malam hari dan dilakukan tepat saat terang bulan. Orang Amungme juga harus bermodalkan senter selain alat panah untuk menaklukkan buruan. Begitu mengetahui adanya gerakan dahan pohon yang tidak disebabkan oleh tiupan angin, mereka akan langsung berlari ke arah asal suara. Lampu senter langsung mereka sorotkan ke arah asal suara dan jika mata kuskus menangkapnya maka binatang ini akan langsung berhenti bergerak. Saat itulah anak panah akan melesat ke arahnya. Berbeda dengan cara berburu hewan yang berjalan di atas tanah dengan menggunakan alat perangkap, orang Amungme menggunakan anak panah untuk menembak binatang yang hidup di atas pohon. Laki-laki Amungme sangat bangga jika mampu membuat busur dan anak panah yang baik. Apalagi jika jitu dalam memanah sasaran. Karena itu, bocah-bocah Amungme sudah menggenggam busur dan anak panah sejak usia dini saat bermain dengan teman-temannya. Jenis permainannya bisa memanah objek yang tidak bergerak untuk mengasah kejituan memanah atau bermain perang-perangan. Kelak jika sudah besar, kemahiran memanah bisa digunakan untuk berburu atau ikut dalam perang dengan suku lain. Meski perang antarsuku sudah tidak lagi dilakukan oleh suku Amungme yang berada di Desa Banti, mereka tetap melakukan upacara perang antarsuku untuk menghormati leluhur mereka. Sebuah tradisi unik yang tidak dimiliki suku-suku lain. (Msc/S-5)